Pages

Tata Cara Sya'i - Informasi haji dan Umroh


















  • Definisi Sa’i 
  • ·         Dasar Hukum Sa’i 
  • ·         Keutamaan  Sa’i 
  • ·         Tata Cara Sa’i 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Saat Sa’i 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat Sa’i 
  • ·         Hakekat Sa’i Dalam Kehidupan Kontekstual
A.    DEFINISI SA’I

Sai artinya berjalan antara bukit Shafa dan Marwah.

B.     DASAR HUKUM SAI

Hukum Sai adalah wajib, berdasarkan firman Allah:


اِنَّالصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَا ئِرِاللهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْيَّطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَاِنَّ اللهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ *

Artinya : “Sesunggunya Shafaa dan Mawrah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka berang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa’i antara keduanya. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikani, maka sesungguhnya Allah Maha mensyukuri kebaikan lagi Maha Penyayang”. (QS. 2:158).

C.     KEUTAMAAN SAI

Pahala sai sama dengan memerdekakan 70 orang budak.

D.    TATACARA PELAKSANAAN SAI

Sai dilakukan di kompleks Masjidil Haram antara pintu 18-32, antara bukit Shafa dan Marwah. Tempat sai terdiri dari 2 jalur yang ditengahnya disediakan bagi jamaah yang menggunakan kursi roda. Tempat Sai ini di dalam ruangan yang ber AC. Setelah selesai thawaf, kita menuju ke sumur air zam-zam (disunatkan minum air zam-zam), kemudian munuju bukit Shafa untuk melaksanakan sa’i. Dari Shafa menuju  bukit Marwah, kembali lagi ke bukit Shafa, kemudian kembali ke bukit Marwah dst 7 kali terakhit di bukit marwah



E.     KESALAHAN YANG SERING TERJADI PADA SAAT SA’I

1.      Sewaktu naik ke bukit Shafa atau Marwah menghadap ke Ka’bah kemudian mengangkat tangan seperti hendak shalat. Ini tidak pernah dicontohkan oleh Nabi
2.      Yang benar kita menghadap ke Qa’bah dengan  mengangkat kedua telapak tangan  sambil berdo’a.
3.      Berjalan cepat antara Shafa- Marwah pada seluruh putaran, ini tidak perlu karena menurut sunah Rosul hanya diantara kedua tanda lampu hijau saja.

F.      DO’A YANG DIPANJATKAN PADA SAAT SAI

Pada saat mendaki ke bukit Shofa Marwa membaca:

أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ - بِسْمِ اللهِ لرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَا ئِرِ اللهِ *

Artinya : “Sesungguhnya bukit Shafa dan Marwah adalah sebagian dari tanda-tanda keagungan Allah”. (HR. Ibnu Majah).

Setelah setiba diatas bukit ٍShofa yang berbatu menghadap Ka’bah dan membaca do’a:

اَللهُ اَكْبَرُ- اَللهُ اَكْبَرُ- اَللهُ اَكْبَرُ- لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ-لَهُ الْمُلْكُ ولَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ *

Artinya : “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan kecuali Allah yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik semua segala (kekuasaan) dan segala puji, Dan Maha Kuasa atas segala  sesuatu”. (HR. Nasai).

 Do’a diatas dibaca sebanyak 3 kali, kemudian dilanjutkan bacaan dibawah ini :

   أَللهُمَّ اِنَّكَ قُلْتَ اُدْعُوْنِيْ اَسْتَجِبْلَكُمْ وَاِنَّكَ لاَتُخْلِفُ الْمِيْعَادَ وَاِنِّيْ أَسْأَلُكَ كَمَا هَدَيْتَنِيْ لِلاْئِسْلاَمِ اَنْ لاَّ تَنْزِعَهُ مِنِّيْ حَتَّى تَتَوَفَّانِيْ وَاَنَا مُسْلِمٌ  

Artinya : “Ya Allah, sesungguhnya Engkau telah berfirman: mintalah kepada-Ku.   Niscaya Aku akan kabulkan. Engkau adalah zat yang tidak pernah mengingkari pada janji. Dan kami memohon kepada-Mu seperti saat Engkau memberi kami petunjuk pada islam. Jangan Engkau cabut petunjuk ini dari kami sampai saatnya Engkau mematikan kami (tetap) dalam keadaan islam” (HR. Malik).

Setelah berdo’a kemudian menuju ke bukit Marwah. Pada saat tiba di batas tiang tembok cat hijau atau lampu neon hijau berlari-lari kecil, dengan membaca doa yang diulang-ulang sampai tiba di bukit Marwah.

رَابِّ غْفِرْ وَارْحَمْ وَتَجَاوَزْ عَمَّا تَعْلَمُ وَاَنْتَ اْلاَعَزُّ اْلاَ كْرَمُ اَللّهُمَّ اتِناَ فِىالدُّ نْيَا حَسَنَةً وَفِىاْلاَ خِرَ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ *

Artinya : “Ya Robbi, ampuni dan sayangilah kami serta maafkanlah (kesalahan) kami yang engkau ketahui. Engkau adalah zat yang Maha Mulia dan Maha Agung. Ya Allah, berilah pada kami kebaikan di dunia dan akherat. Dan jagalah kami dari siksa neraka”. (HR. al-Baihaqi).

Kemudian berjalan menuju bukit Shafa dengan bacaan yang sama. Demikian dilakukan seterusnya antara bukit Shafa dan bukit Marwah. Jarak antara Shafa– Marwah dihitung 1 x dan Marwah – Shafa 1 x. jumlah perjalanan 7 x dan dikahiri di bukit Marwah. Sebagai penutup doa menurut keperluan masing-masing.

G. HAKEKAT SAI

Setelah selesai melakukan shalat 2 rakaat di Maqam Ibrahim, kita menuju ke bukit Shafa untuk melaksanakan sai. Sai adalah sebuah pencarian, jadi merupakan gerakan yang memiliki tujuan dan digambarkan dengan gerak bergegas-gegas. Dalam melaksanakan sai segala bentuk, pola, warna, derajat, kepribadian, batas, perbedaan dan jarak dihancurkan. Yang disaksikan adalah manusia yang polos, penuh keyakinan, kepercayaan dan aksi untuk melakukan gerak abadi menuju ke suatu arah tertentu. Tidak ada sesuatupun yang menonjol. Gerakan tersebut seperti gerakan seluruh alam semesta ini.
Ketika sai, kita berperan sebagai Hajar, hamba sahaya yang mempunyai hubungan akrab dengan Allah. Dialah ibu dari nabi-nabi yang besar dan merupakan pribadi terpenting dalam sai. Allah menyuruh Hajar untuk patuh kepada-Nya dan Dia akan memelihara Hajar beserta putranya, menjanga mereka, memenuhi kebutuhan mereka, menjamin masa depan mereka. Hajar merupakan teladan kepasrahan dan kepatuhan yang sangat teguh dalam keyakinan dan bersandar kepada cinta, menyerah pada kehendak Allah ditinggalkan pada lembah yang

Namun Hajar dalam kepasrahannya itu tidak duduk berdiam diri. Ia bangkit sendirian berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwa untuk mencari air. Ia terus mencari, bergerak dan berjuang dengan tekad bersandar pada dirinya sendiri, kepada kakinya, kepada kemauannya dan kepada pikirannya. Ia seorang wanita yang bertanggung jawab. Ia seorang ibu yang mencinta, sendirian, mengelana, mencari, dan menanggungkan penderitaan serta kekuatiran. Tanpa pembela, tanpa tempat teduh, terlunta-lunta, terasing, tidak mempunyai kelas, tidak mempunyai ras dan tidak berdaya. Namun ia mempunyai harapan. (gambar kiri : mata air zam zam dan kanan : molekul air zam zam).

Sai adalah perjuangan fisik untuk mencari air. Sendirian …….Hajar berlari ke puncak-puncak bukit (tidak duduk termangu dan menangis putus asa) untuk mencari air. Yang diharapkannya adalah air, bukan hal-hal yang gaib, hal-hal metafisis, cinta kepasrahan, kepatuhan, jiwa, pandangan filosofis, surga dan akherat. Hajar sangat membutuhkan air untuk diubah menjadi darah dan susu demi memuaskan dahaga seorang bayi. Pencarian air ini melambangkan pencarian materi kehidupan di dunia ini, demikian cara mendapatkan sorga di atas dunia dan menikmatinya dalam kehidupan ini.

 Haji adalah persatuan thawaf dan sai yang bisa menghilangkan kontradiksi yang selalu membingungkan umat manusia sepanjang jaman. Manakah yang dipilih : materialisme ?, rasionalisme atau petunjuk Ilahi ?; Di sini Allah memberikan jawaban : Ambillah keduanya ! Inilah sebuah pelajaran yang tidak disampaikan dengan kata-kata, persepsi, sains atau filsafat, tetapi dengan contoh berupa manusia.

TATA CARA WUKUF KLIK DISINI

0 komentar:

Posting Komentar