Pages

Panduan, Tuntunan, Tata Cara Manasik Haji dan Umroh




Haji (bahasa Arab: حج; transliterasi: Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah syahadat, salat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Zulhijah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.

Sebagian besar artikel ini dikutip dari buku karya Retno Widyani adalah seorang Dosen Kopertis Wilayah IV Jawa Barat Banten yang dipekerjakan di Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC) yang aktif menulis mengenai berbagai hal yang menyangkut ilmu yang bermanfaat sebagai bagian dari investasinya untuk hari akhir dan Mansyur Pribadi adalah seorang Praktisi pendidikan Kepala Sekolah Dasar Negeri di Kota Cirebon, kini aktif mengisi ceramah kegamaan di majlis-majlis ta’lim, di kantor-kantor, dialog interaktif di RRI Cirebon. Disamping itu, juga aktif menulis berbagai hal yang berhubungan dengan ilmu yang bermanfaat khususnya  yang bernuansa  keagamaan dan kependidikan sebagai kontribusi kepada umat dengan niatan mencari ridlo Ilahi

PENGERTIAN UMUM
  • ·         Definisi Haji dan Umrah 
  • ·         Dasar Hukum Haji dan Umrah 
  • ·         Keutamaan Haji dan Umrah 
  • ·         Amalan-amalan Haji dan Umrah 
  • ·         Pengertian Miqot 
  • ·         Fisualisasi Ibadah Umrah 
  • ·         Fisualisasi Ibadah Haji 
  • ·         Hakekat Haji dan Umrah Dalam Kehidupan
  • ·         Definisi Ihram 
  • ·         Dasar Hukum Ihram  
  • ·         Keutamaan  Ihram
  • ·         Tata Cara Ihram 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Saat Ihram 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat Ihram 
  • ·         Hakekat Ihram Dalam Kehidupan 
  • ·         Definisi Thawaf 
  • ·         Dasar Hukum Thawaf 
  • ·         Keutamaan  Thawaf 
  • ·         Tata Cara Thawaf 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada  Saat Thawaf 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat Thawaf 
  • ·         Hakekat Thawaf Dalam Kehidupan Kontekstual 
  • ·         Definisi Sa’i 
  • ·         Dasar Hukum Sa’i 
  • ·         Keutamaan  Sa’i 
  • ·         Tata Cara Sa’i 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Saat Sa’i 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat Sa’i 
  • ·         Hakekat Sa’i Dalam Kehidupan Kontekstual 
  • ·         Definisi Wukuf 
  • ·         Dasar Hukum Wukuf 
  • ·         Keutamaan  Wukuf 
  • ·         Tata Cara Wukuf 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Saat Wukuf 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat Wukuf 
  • ·         Hakekat Wukuf Dalam Kehidupan Kontekstual 
  • ·         Definisi Bermalam di Mudzalifah 
  • ·         Dasar Hukum Bermalam di Mudzalifah
  • ·         Keutamaan  Bermalam di Mudzalifah
  • ·         Tata Cara Bermalam di Mudzalifah 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada  Saat Bermalam di Mudzalifah 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat Bermalam di Mudzalifah
  • ·         Hakekat Bermalam di Mudzalifah Dalam Kehidupan  Kontekstual 
  • ·         Definisi Melempar Jumrah
  • ·         Dasar Hukum Melempar Jumrah
  • ·         Keutamaan  Melempar Jumrah 
  • ·         Tata Cara Melempar Jumrah 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Saat Melempar Jumrah 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat Melempar Jumrah 
  • ·         Hakekat Melempar Jumrah Dalam Kehidupan  Kontekstual 
  • ·         Definisi Bermalam di Mina 
  • ·         Dasar Hukum Bermalam di Mina
  • ·         Keutamaan  Bermalam di Mina 
  • ·         Tata Cara Bermalam di Mina 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Saat Bermalam di Mina 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat Bermalam di Mina 
  • ·         Hakekat Bermalam di Mina Dalam Kehidupan  Kontekstual 
  • ·         Definisi Tahalul 
  • ·         Dasar Tahalul 
  • ·         Keutamaan  Tahalul 
  • ·         Tata Cara Tahalul 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada  Saat Tahalul 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat  Tahalul 
  • ·         Hakekat Tahalul Dalam   Kehidupan   Kontekstual  

Tata cara Ibadah haji dan Umroh - Ihram


  • ·         Definisi Ihram 
  • ·         Dasar Hukum Ihram  
  • ·         Keutamaan  Ihram
  • ·         Tata Cara Ihram 
  • ·         Kesalahan Yang Sering Terjadi Pada Saat Ihram 
  • ·         Do’a Yang Dipanjatkan Pada Saat Ihram 
  • ·         Hakekat Ihram Dalam Kehidupan

DEFINISI IHRAM

Ihram adalah berniat untuk menunaikan ibadah haji dan atau umrah. Apabila hanya berniat untuk menunaikan ibadah umrah terlebih dahulu, berarti kita melaksanakan haji tamattu, apabila berniat untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah secara bersamaan, berarti kita melaksanakan haji qiran, apabila berniat untuk menunaikan  haji saja, berarti kita melaksanakan haji ifrad. Ihram merupakan rukun haji yang pertama.

B. DASAR HUKUM IHRAM

Ihram disyaratkan dimulai dari miqat, baik miqat zamani maupun miqat makani serta beberapa larangan. Firman Allah : 

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَعْلُوْمتُ فَمَنْ فَرَضَ فِهِنَّ الْحَجَّ فَلاَ رَفَثَ وَلاَ فُسُوْقَ وَلاَ جِدَالَ فِىالْحَجِّ *
Artinya : “Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka ia tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji”.     (QS. 2: 197)

C. KEUTAMAAN IHRAM

Ihram merupakan rukun haji yang pertama, dan kesempurnaan dalam menetapi larangan ihram merupakan kesempurnaan dalam melakukan haji, karena pelanggaran yang dilakukan saat ihram membawa sangsi berupa dam (denda) yang harus ditunaikan. Setelah kita melaksanakan perbuatan-perbuatan dalam ihram (tatacara ihram), maka selanjutnya kita mengucapkan talbiah. Keutamaan membaca talbiyah meliputi: membaca talbiyah akan melebur dosa kita seperti bayi yang baru dilahirkan. Pada saat kita membaca talbiyah (HR. Ibnu Majah), mendapat kabar gembira berupa surga (HR. Thabrani dan Sa’id bin Mansyur), serta tanah dan pohon-pohon disekeliling kita ikut membacanya (HR. Ibnu Majah, Baihaqi dan Turmudzi).

D. TATA CARA IHRAM

Tatacara pelaksanaan ihram pada garis besarnya berniat haji/umrah dari miqat menjauhi hal-hal yang dilarang pada saat ihram.

A.    Tatacara niat haji di miqat

1.      Ihram dilakukan sesuai dengan niat miqatnya, baik itu niat miqat zamani maupun miqat makani. Ihram yang sesuai dengan miqat ini termasuk dalam wajib haji. Ihram yang dilakukan sebelum bulan haji hukumnya tidak sah, jadi ihram dilakukan pada bulan haji dan dimulai dari tempat yang sudah ditentukan sesuai dengan negara asal jamaah haji. Untuk jamaah haji yang berasal dari Indonesia, ihram dapat dimulai dari Jeddah.
2.      Mandi dan membersihkan diri dengan jalan memotong kuku,   memendekkan kumis, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan dan disunahkan untuk mandi junub, termasuk perempuan yang sedang haid dan nifas (HR. Bukhori-Muslim dan Abu Daud).
3.      Memakai pakaian ihram berwarna putih yang tidak berjahit bagi laki-laki sebanyak 2 lembar, satu dipakai sebagai sarung dan diberi ikat pinggang yang kuat dan lainnya dililitkan di badan. Bagi perempuan memakai pakaian muslim biasa yang menutupi seluruh aurat, kecuali muka dan telapak tangan.

4.      Sholat ihram 2 rakaat, yang diawali dengan berwudlu terlebih dahulu. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca QS. Al-Kafirun dan ada rakaat ke dua QS. Al-Ikhlas (HR. Muslim). Sholat ini termasuk sunah haji.
5.      Niat dan membaca talbiyah.

 لَبَّيْكَ اَللهُمَّ لَبَّيْكَ – لَبَّيْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ – اِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ – لاَشَرِيْكَ لَكَ *
Artinya : “Ya Allah kami datang memenuhi panggilanmu. Ya ِِِAllah tidak ada sekutu bagi-Mu sesungguhnya segala puji dan kenikmatan serta kerajaan (kekuasaan) adalah milik-Mu semua. Tidak ada sekutu bagi-Mu”. (HR. Bukhori).

II.   Larangan Dalam Ihram
   Menjauhkan diri dari larangan-larangan ihram merupakan wajib haji. Kalau sampai melanggar, maka harus membayar dam. Larangan-larangan ihram sbb:
1.      Bersenggama dan pendahuluannya seperti percakapan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan sex, menyentuh mencium dengan dorongan syahwat (QS. Al-Baqarah, 197).
2.      Melakukan kejahatan dan berbuat maksiat yang mengakibatkan penyelewengan dari mentaati Allah (QS. Al-Baqarah, 197).
3.      Berselisih (bertengkar dengan orang lain (QS. Al-Baqarah, 197).
4.      larangan memakai pakaian berjahit bagi laki-laki (HR. Buckhori-Muslim), sedangkan wanita tidak boleh memakai cadar dan sarung tangan                  (HR. Bukhori).
5.      Melangsungkan akad nikah baik dirinya maupun orang lain, sebagai wali atau menjadi wakil (HR. Turmudzi)
6.      Memotong kuku dan menghilangkan rambut (QS. Al-Baqarah, 196).
7.      Memakai wangi-wangian baik di pakaian atau di badan, baik laki-laki maupun perempuan (HR. Iman Malik).
8.      Berburu (QS.Al-Maidah, 96) dan memakan hasil buruan (HR. Bukhori Muslim).

III. Hukum melanggar larangan ihram
1.      Bila melanggar larangan ihram, maka harus membayar denda dengan menyembelih seekor kambing. Apabila tidak mampu, maka harus berpuasa 3 hari di saat haji dan 7 hari di tanah air atau memberi makan orang miskin  (sedekah).
2.      Bila terpaksa mencukur rambut karena sakit, maka hukumnya menyembelih seekor kambing, atau berpuasa 3 hari atau memberi makan 6 orang miskin   (HR. Bukhori, Muslim dan Abudawud).
3.      Bila bersenggama pada saat ihram, maka hajinya batal dan harus diulang  tahun depan, dan harus tetap mengerjakan amalan haji sampai selesai dan menyembelih qurban seekor unta.
4.      Bila membunuh binatang buruan pada saat ihram, maka dendanya menyembelih ternak sebanding dengan binatang yang dibunuhnya. (QS. Al-Maidah, 95).

يَااَيُّهَاالَّذِيْنَ امَنُوْا لاَتَقْتُلُوْاالصَّيْدَ وَاَنْتُمْ حُرُمٌ وَمَقَتَلَه مِنْكُمْ مُتَعَمِّدًا فَجَزَاءٌ مِثْلُ مَاقَتَلَ مِنَ النَّعَمِ يَحْكُمُ بِه *

Firman Allah: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu membunuh, binatang buruan ketika kamu sedang ihram. Barang siapa dintara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan binatang ternak yang seimbang dengan buruan yang dibunuhnya” .  (QS.Al-Maidah: 95)

وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ صَيْدُالْبَرِّ مَادُمْتُمْ حُرُمًا *

ِArtinya : “Dan diharamkan atas kamu berburu binatang darat selama kamu dalam ihram”  (QS. Al-Maidah, 96).

E. KESALAHAN YANG SERING TERJADI PADA SAAT IHRAM

Beberapa kesalahan yang sering terjadi pada saat ihram meliputi:
1.       Bagi jamaah haji yang berasal dari negara yang jauh seperti Indonesia masih sering dalam perselisihan pendapat mengenai dimana miqat makani dimulai. Menurut departemen agama RI miqat dapat dimulai di bandara Jeddah.
2.       Karena kelelahan dan kelaparan di perjalanan panjang, sering jamaah haji menjadi kurang sabar, mudah marah-marah dan bertengkar. Hal ini melanggar larangan ihram, jadi harus membayar dam.
3.       Ketelitian dalam berpakaian bagi laki-laki tidak boleh memakai tutup kepala (peci) dan bagi wanita tidak boleh menggunakan sarung tangan, masih sering belum diperhatikan dengan seksama.
4.       Memelihara diri untuk menjaga lisannya dari kata-kata yang berkecenderungan ke arah sexual, dan memelihara tangannya dari perbuatan merusak baik tanaman maupun hewan.

F. DO’A YANG DIPANJATKAN PADA SAAT IHRAM

Setelah melakukan shalat sunah 2 rakaat, maka kemudian membaca niat haji atau niat umrah, tergantung jenis haji yang akan dilakukannya.

Untuk haji tamattu
لَبَّيْكَ اَللهُمَّ عُمْرَةً
Ya Allah kami datang memenuhi penggilanmu untuk berumrah.

Untuk haji qiran
لَبَّيْكَ اَللهُمَّ حَجاًّ وَالْعُمْرَةً

Ya Allah kami datang memenuhi panggilanmu untuk berhaji dan umrah
Untuk haji ifrad
لَبَّيْكَ اَللهُمَّ حَجًّا
Ya Allah kami datang memenuhi penggilanmu untuk berhaji.

Kemudian menuju ke Masjidil Haram dan dalam perjalanan banyak membaca talbiyah. Membaca talbiyah merupakan sunnah haji. Dan membacanya disunahkan secara jahar (dikeraskan) karena talbiyah merupakan syiar haji (HR. Ibnu Majah dan HR. Turmudzi). Waktu membaca talbiyah mulai dari hari ihram sampai melempar jumrah (HR. Jamaah(, bacaan talbiah sebagai berikut:

لَبَّيْكَ اَللهُمَّ لَبَّيْكَ – لَبَّيْكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ – اِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّمَةَ لَكَ وَالْمُلْكَ – لاَشَرِيْكَ لَكَ *

Artinya : “Ya Allah kami datang memenuhi panggilanmu. Ya Allah tidak ada sekutu bagimu. Sesunguhnya segala puji dan kenikmatan serta kerajaan (kekuasaan) adalah milikmu semata. Tidak ada sekutu bagimu”. (HR. Bukhori).

G. HAKEKAT IHRAM DALAM KEHIDUPAN

     KONTEKSTUAL

Mengapa di miqat, calon haji harus berganti pakaian ? Karena pakaian menutupi diri dan watak manusia. Pakaian melambangkan pola, preferensi, status dan perbedaan tertentu sehingga menciptakan batas palsu yang melahirkan perpecahan umat  manusia dan timbul konsep “aku” seperti bangsaku, kelasku, kedudukanku, keluargaku dll.
Di Miqat semua pakaian tadi dilepaskan dan diganti kain putih yang sederhana, seragam semuanya berbaur laksana setetes air masuk kedalam samudra. Rombongan manusia dari seluruh dunia berkumpul di miqat, mereka akan bertemu pada waktu menunaikan ibadah haji dan umrah, sehinga hekekat ihram dalam kehidupan kontekstual adalah, bahwa di mata Allah swt semua manusia sama nilainya, tidak ada perbedaan antara orang kaya dengan orang miskin, pimpinan dengan bawahan , orang pandai dengan orang bodoh dll.

Tujuan perjalanan ini adalah kepada Allah. Firman-Nya:

وَلِلّهِ مُلْكُ السَّموتِ وَاْلاَرْضِ وَاِلَىاللهِ الْمَصِيْرُ *

Artinya : “Dan kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan kepada Allahlah kembali semua makhluk” (QS. An Nuur, 42).

Kita hendak mengunjungi Allah, maka janganlah tinggi hati, melainkan berendah hati dan jadilah manusia yang menyadari kefanaannya atau menjadi manusia fana yang menyadari eksistensinya. Dan pakaian yang serba putih dan tidak ada perbedaan diantara kita, seolah jazad-jazad kita telah ditinggalkan di miqat dan yang bergerak itu adalah ruh-ruh kita. Dalam perpaduan aneka ragam manusia ini, maka nama, bangsa, status sosial tidak ada artinya. Yang kita rasakan adalah persatuan yang murni. Setiap orang meleburkan dirinya dan mengambil bentuk baru sebagai manusia. Semua ego dan kecenderungan individual telah terkubur. Semua kekakuan telah mati di miqat dan yang berkelanjutan adalah “kita”. Pada saat berpakaian ihram setiap manusia adalah sama, satu adalah semua dan semua adalah satu. Masyarakat politheisme diseru dalam sebuah monotheisme (tauhid). Sebelum menunaikan ibadah haji manusia lupa kepada persamaan diantara mereka, mereka tercerai berai karena kekuatan, kekayaan, keluarga, tanah air dan bangsa mereka. Kehidupan mereka hanyalah sekedar “eksistensi”. Dengan pengalaman haji membuat kita dapat menemukan jati diri kita sendiri, dan pandangan bahwa semua adalah satu dan masing-masing diri kita tidak lebih dari seorang

TATA CARA THOWAF KLIK DISINI